![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjT1-P_f1wUMSQsKWE7j4wlUtZKzUHcsz61GODMNDXD4BtZrajuVbbeIYubOcv6feH6eMR7GhxXuEyqCjKVnNs6xJmWvdAyEeqt65U3M3hLnQaVuq0s0JlE_8lpSmNuGkVdTffchyX_Gy_u/s200/PM.jpg)
1. LETAK
Seperti yang uda aku tulis di atas, Pulau Masalembu terletak di antara Jawa dan Kalimantan (Laut Jawa). Masalembu sendiri masuk dalam wilayah kabupaten Sumenep yang terdapat 4 (empat) kecamatan di dalamnya. Masalembu, Masalima, Masakambing dan Keramaian. Pulau Masalembu sendiri terbagi menjadi 3 (tiga) pulau yang masing-masing adalah Pulau Keramaian, Pulau Masakambing dan Pulau Masalembu. Pulau Keramaian adalah Pulau terluar yang butuh waktu sekitar 5 (lima) jam untuk menempuhnya dengan perjalanan laut.
2. SUKU
Untuk suku asli dari Pulau Masalembu sendiri adalah BUGIS, namum dalam perjalanannya tentu saja terjadi perkembangan yang pada akhirnya masuklah suku lain seperti Madura, Mandar bahkan Jawa meskipun prosentasenya sangat kecil. Bahasa sehari - hari di sana didominasi dengan bahasa Madura. Adalah kampung Mandar yang masih mempertahankan ke`bugis`annya.
3. PENCAHARIAN
Tentu saja mayoritas pekerjaan di sana adalah nelayan. Hasil tangkapan yang melimpah membuat banyak nelayan dari luar seperti Lamongan, Kalimantan dll datang ke Masalembu untuk membeli ikan. Sebagian dari masyarakat di Masalembu juga pergi ke negara tetangga demi mencari uang yang lebih besar mungkin (TKI).
4. INSTANSI
Meskipun pulau kecil di sana tentu saja ada pejabat pemerintah dari pusat maupun dari daerah yang mempunya tugas tentu saja mengatur dan mengembangkan pulau dengan banyak pemandangan indah tersebut. Mulai dari Kepolisian, Koramil, Kantor Camat, PNS Guru, Perikanan dan Pelabuhan (mungkin ada lagi instansi yang belum aku sebut). Aku sendiri termasuk pegawai di instansi Pelabuhan tepatnya Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Masalembu yang lebih dikenal dengan Syahbandar Masalembu.
5. TRANSPORTASI DAN FASILITAS
Sektor yang paling lemah dan melemahkan dari Pulau Masalembu adalah `Transportasi`. Untuk mencapai daratan Masalembu hanya ada satu macam transportasi, yaitu transportasi laut. Kapal yang disediakan adalah kapal jenis Perintis yang dapat menampung hingga 150 penumpang. Hingga tulisan ini dibuat ada 2 (dua) kapal yang beroperasi di wilayah Masalembu, yaitu KM. Sabuk Nusantara dan KM. Amukti Palapa. Keduanya mempunyai trayek yang sama saitu Banyuwangi - Sapeken - Sapudi - Kalianget - Masalembu - Surabaya - Masalembu - Kalianget - Sapudi - Sapeken - Banyuwangi. Untuk 1 (satu) trayek kapal dapat menempuh hingga 12-14 hari lamanya. Melihat trayek tersebut untuk mencapai Masalembu tentu saja kita bisa lewat Kalianget (Sumenep) atau Surabaya (Tanjung Perak). Untuk jalur Kalianget - Masalembu memakan waktu sekitar 10-12 jam (kondisi normal), sedangkan jalur Surabaya - Masalembu butuh lebih lama lagi yaitu sekitar 15-18 jam di atas laut. Yah hanya laut saja, tidak ada transportasi udara di Pulau indah Masalembu ini. Selain transportasi, listrik adalah ancaman terbesar bagi pendatang baru. Ga ada PLN, di sana untuk menghasilkan listrik menggunakan disel pribadi maupun disel yang diadakan oleh pejabat sekitar untuk warganya. Namun untuk penggunaan disel pemerintah dibatasi, itu artinya warga yang tidak mempunyai disel pribadi hanya akan memperoleh listrik pada jam-jam tertentu saja. Pengalaman saya selama di sana yaitu listrik hidup mulai jam 17.00, padam jam 00.00, hidup lagi jam 03.30, padam lagi jam 05.00 hingga hidup lagi jam 17.00 begitu seterusnya. Mungkin karena jarak yang sangat jauh dari pusat keramaian jadi beginilah nasib warga Masalembu, termasuk saya :'(.
6. ALAM
Panorama indah di Masalembu bagaikan berlian di antara tumpukan barang bekas mungkin. Yah, pantainya sangat indah, pasirnya putih, air lautnya bening, bebatuannya masih alami dan suasananya tentu saja menyejukkan. Jika saja tidak terkendala dengan transportasi mungkin banyak wisatawan yang akan membandingkannya dengan pantai-pantai di Bali setelah mengunjunginya. Tidak terlalu berlebihan memang pernyataan tersebut jika kita benar-benar telah melihat indahnya pantai-pantai Masalembu. Di Pulau yang mungkin terlewatkan ini terdapat 1 (satu) satwa langkah yang dilindungi negara, yaitu burung Kakak Tua spesies Jambul Kuning. Konon dari cerita masyarakat terdapat banyak sekali hewan jenis ini dulunya, namun karena dianggap hama yang memakan biji-bijian milik warga akhirnya diadakan pemusnahan masal pada saat itu sampai akhirnya datang beberapa mahasiswa dari Jakarta yang mengadakan penelitian dan menemukan spesies langkah ini. Mereka memberi pengarahan pada warga untuk tetap melindungi burung ini. Hingga saat ini info dari warga sekitar masih ada 10 pasang Kakak Tua Jambul Kuning yang terdapat di Pulau Masalembu (Masakambing).
Apapun yang kita pikirkan tentang Pulau Masalembu kita wajib tetap melestarikannya, bagaimanapun itu tetap di wilayah NKRI dan yang terpenting Pulau Masalembu adalah karunia dari-Nya yang wajib kita jaga. Semua yang ada di dunia ini tercipata dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya, tinggal bagaimana kita mampu melihat kekurangan itu sebagai tantangan dan cermin untuk menjadikannya kelebihan lain dan memagari kelebihan yang ada agar kita tidak tamak dan sombong. Saran saya sekali-kali berliburlah ke Pulau Masalembu, pasti asyik hehehe...
Sektor yang paling lemah dan melemahkan dari Pulau Masalembu adalah `Transportasi`. Untuk mencapai daratan Masalembu hanya ada satu macam transportasi, yaitu transportasi laut. Kapal yang disediakan adalah kapal jenis Perintis yang dapat menampung hingga 150 penumpang. Hingga tulisan ini dibuat ada 2 (dua) kapal yang beroperasi di wilayah Masalembu, yaitu KM. Sabuk Nusantara dan KM. Amukti Palapa. Keduanya mempunyai trayek yang sama saitu Banyuwangi - Sapeken - Sapudi - Kalianget - Masalembu - Surabaya - Masalembu - Kalianget - Sapudi - Sapeken - Banyuwangi. Untuk 1 (satu) trayek kapal dapat menempuh hingga 12-14 hari lamanya. Melihat trayek tersebut untuk mencapai Masalembu tentu saja kita bisa lewat Kalianget (Sumenep) atau Surabaya (Tanjung Perak). Untuk jalur Kalianget - Masalembu memakan waktu sekitar 10-12 jam (kondisi normal), sedangkan jalur Surabaya - Masalembu butuh lebih lama lagi yaitu sekitar 15-18 jam di atas laut. Yah hanya laut saja, tidak ada transportasi udara di Pulau indah Masalembu ini. Selain transportasi, listrik adalah ancaman terbesar bagi pendatang baru. Ga ada PLN, di sana untuk menghasilkan listrik menggunakan disel pribadi maupun disel yang diadakan oleh pejabat sekitar untuk warganya. Namun untuk penggunaan disel pemerintah dibatasi, itu artinya warga yang tidak mempunyai disel pribadi hanya akan memperoleh listrik pada jam-jam tertentu saja. Pengalaman saya selama di sana yaitu listrik hidup mulai jam 17.00, padam jam 00.00, hidup lagi jam 03.30, padam lagi jam 05.00 hingga hidup lagi jam 17.00 begitu seterusnya. Mungkin karena jarak yang sangat jauh dari pusat keramaian jadi beginilah nasib warga Masalembu, termasuk saya :'(.
6. ALAM
Panorama indah di Masalembu bagaikan berlian di antara tumpukan barang bekas mungkin. Yah, pantainya sangat indah, pasirnya putih, air lautnya bening, bebatuannya masih alami dan suasananya tentu saja menyejukkan. Jika saja tidak terkendala dengan transportasi mungkin banyak wisatawan yang akan membandingkannya dengan pantai-pantai di Bali setelah mengunjunginya. Tidak terlalu berlebihan memang pernyataan tersebut jika kita benar-benar telah melihat indahnya pantai-pantai Masalembu. Di Pulau yang mungkin terlewatkan ini terdapat 1 (satu) satwa langkah yang dilindungi negara, yaitu burung Kakak Tua spesies Jambul Kuning. Konon dari cerita masyarakat terdapat banyak sekali hewan jenis ini dulunya, namun karena dianggap hama yang memakan biji-bijian milik warga akhirnya diadakan pemusnahan masal pada saat itu sampai akhirnya datang beberapa mahasiswa dari Jakarta yang mengadakan penelitian dan menemukan spesies langkah ini. Mereka memberi pengarahan pada warga untuk tetap melindungi burung ini. Hingga saat ini info dari warga sekitar masih ada 10 pasang Kakak Tua Jambul Kuning yang terdapat di Pulau Masalembu (Masakambing).
Apapun yang kita pikirkan tentang Pulau Masalembu kita wajib tetap melestarikannya, bagaimanapun itu tetap di wilayah NKRI dan yang terpenting Pulau Masalembu adalah karunia dari-Nya yang wajib kita jaga. Semua yang ada di dunia ini tercipata dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya, tinggal bagaimana kita mampu melihat kekurangan itu sebagai tantangan dan cermin untuk menjadikannya kelebihan lain dan memagari kelebihan yang ada agar kita tidak tamak dan sombong. Saran saya sekali-kali berliburlah ke Pulau Masalembu, pasti asyik hehehe...
wah pang, dipindah ke masalembu tah dirimu?
BalasHapusiyo ce, tapi saiki wes neng gresik,.kapan2 berlibur yo neng masalembu...
BalasHapusapuuuuuuuh... ternyta ndek kono to cung nggonmu biyen??
Hapustambh sippp laaan, banyak JAMAL ya di sana
BalasHapusmas, boleh nanya2 soal masalembu? untuk trip
BalasHapus